Laman

Selasa, 31 Oktober 2017

CONTOH STUDI KASUS AUDIT IT

PT. Tri Plastik Indonesia telah menjadi klien audit KAP Bima, Rian, Sunardi, & Badri (BRS&B)  selama beberapa tahun. PT. Tri Plastik Indonesia dirintis oleh Tri Antoro yang memiliki 51% saham perusahaan. Sisanya dimiliki oleh sekitar 200 pemegang saham yang merupakan investor tanpa tanggung jawab operasonal. PT. Tri Plastik Indonesia membuat produk dengan bahan baku utama adalah plastik. Beberapa dibuat karena pesanan, tapi kebanyakan produk dibuat untuk persediaan. Sebuah contoh produk manufaktur PT. Tri Plastik Indonesia adalah alat kursi plastik yang digunakan dengan sistem pengencang tertentu.
PT. Tri Plastik Indonesia telah berkembang dari sebuah perusahaan kecil, yang hanya memproduksi dua jenis barang, ketika mereka pertama kali melakukan kontrak kerja dengan BRS&B, hingga kini menjadi perusahaan sukses dengan produk yang beragam. Pada saat Roni Hartanto dari BRS&B menjadi menejer auditnya, penjualan tahunan telah berkembang menjadi Rp 20 miliar dan laba menjadi Rp 1,9 miliar. Secara historis, perusahaan tidak memiliki masalah-masalah audit yang luar biasa, dan BRS&B telah menerbitkan opini audit wajar tanpa pengecualian setiap tahunnya.
Pendekatan audit BRS&B yang selalu diterapkan pada PT. Tri Plastik Indonesia adalah pendekatan audit “substantif”. Dlam pendekatan ini, auditor yang bertugas mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal sebagai bagian dari produser pengukuran risiko, namun risiko pengendalian nilai pada tingkat maksimum (100%). Prosedur analitis yang meluas telah dilakukan pada laporan laba rugi, dan fluktuasi yang tidak biasa telah diselidiki. Prosedur audit terperinci ditekankan pada akun-akun neraca di awal tahun, maka saldo laba dan laporan laba ruginya pasti benar.

Bagian I

Dalam mengevaluasi pendekatan audit untuk PT. Tri Plastik Indonesia untuk audit tahun berjalan, Roni Hartanto yakin bahwa pendekatan substantif hanya tepat utuk audit pada perusahaan – perusahaan kecil. Dalam penilaian, PT. Tri Plastik Indonesia, dengan penjualan Rp20 miliar dan 46 pegawai, telah memenuhi ukuran yang tidak ekonomis, dan mungkin juga tidak bijak, untuk mengkonsentrasikan semua pengujian pada neraca. Selain itu, ketentuan terkini di Pasal 404 Sarbanes Oxley Act dan standar 2 PCAOB terkait sekarang ini mengharuskan audit atas laporan keuangan dan pengendalian internal atas laporan keuangan. Sehingga, program audit yang dirancang yang ditekankan pada identifikasi pengendalian internal disemua siklus-siklus transaksi penting dan dimasukkan dalam pengujian pengendalian. Selain untuk memenuhi ketentuan baru dalam PCAOB, manfaat ekonomi yang diinginkan dari pendekatan “pengurangan resiko pengendalian” adalah waktu yang dihabiskan untuk menguji pengendalian akan menjadi lebih banyak dibandingkan dengan kompensasi yang didapatkan dari pengurangan pengujian terperinici atas akun- akun neraca. Dalam merencanakan pengujian persediaan, Roni menggunakan model resiko audit yang tercakup dalam standar audit untuk menentukan jumlah unsur persediaan yang akan diuji oleh BRS&B diakhir tahun. Karena banyaknya jenis produk, keunggulan, ukuran dan warna, persediaan PT Tri PLastik Indonesia terdiri dari 2.450 jenis barang yang berbeda. Semua persediaan tersebut dicatat dalam sistem manajemen persediaan perpetual yang menggunakan basis data relasional. Dalam menggunakan model resiko audit untuk persediaan, Roni yakin bahwa resiko audit sebanyak 5% dapat diterima. Ia menilai resiko bawaannya tinggi (199%) karena persediaannya, berdasarkan sifatnya, merupakan objek untuk banyak jenis salah saji. Berdasarkan pemahamannya atas siklus-siklus transaksi yang relevan, Roni yakin bahwa pengendalian internalnya sudah baik. Sehingga ia menilai resiko pengendaliannya rendah (50%) sebelum melakukan mengujian pengendalian. Roni juga merencanakan untuk menggunakan prosedur analitis untuk menguji persediaan. Pengujian yang direncanakan ini termasuk membandingkan margin kotor perbulan dan mengkaji jenis-jenis persediaan yang perputarannya rendah. Roni yakin bahwa pengujian tersebut akan memberikan keyakinan 40%. Pengujian substantif perincian akan memasukkan pengujian kuantitas, biaya, dan nilai realisasi bersih persediaan pada tanggal interim 2 bulan sebelum akhir tahun. Pengujian pisah batas akan dilakukan diakhir tahun. Tanya jawab dan prosedur analitis akan dipakai sebagai keyakinan untuk kejadian-kejadian antara tanggal audit interim dan akhir tahun fiskal. Diminta : 

a.    Tentukan manakah berikut ini yang kemungkinan akan dilakukan dalam pendekatan pengurangan resiko pengendalian dan pendekatan substantif.
1.    Menilai resiko audit yang dapat diterima
2.    Menilai resiko bawaan
3.    Mendapatkan pemahaman atas pengendalian
4.    Menilai resiko pengendalian kurang dari 100%
5.    Melakukan prosedur analitis
6.    Menilai resiko deteksi yang direncanakan

b.     Apakah kelebihan-kelebihan dari pendekatan pengurangan resiko pendalian yang direncanakan akan digunakan oleh Roni dibandingkan dengan pendekatan yang sebelumnya digunakan dalam mengaudit Tri Plastik Indonesia? 
c.    Apakah kelebihan dari pendekatan substantif dibandingkan dengan pendekatan pengurangan resiko pengendalian? 

Bagian II      
       
Partner perikatan setuju dengan pendekatan yang direkomendasikan Roni. Dalam perencanaan bukti audit untuk pengujian persediaan terperinci, model resiko audit diterapkan dengan hasil berikut ini. TDR=AAR/IRxCRxAPR 
Dimana : 
TDR  = Pegujian terperinci atas resiko 
AAR = Resiko audit yang dapat diterima 
IR     = Resiko melekat 
CR    = Resiko pengendalian 
APR    = Resiko prosedur analitis 
Oleh karena itu, dengan menggunakan penilaian Roni yang dijelaskan sebelumnya, TDR=0,05/1,0x0,5x0,6 TDR=0,17  Diminta: 
a.    Jelaskan apa arti 0,17 dalam audit ini. 
b.    Hitunglah TDR dengan mengasumsikan Roni telah menilai resiko pengendalian 100% dan semua resiko lain yang disebutkan. 
c.    Jelaskan efek dari jawaban Anda dalam persyaratan b pada prosedur audit yang direncanakan dan pada ukuran sampel dalam audit persediaan, dibandingkan dengan 0,17 yang dihitung Roni. 

Bagian III  
           
Walaupun perencanaan berjalan dengan baik, pengujian aktual menghasilkan beberapa kejutan. Ketika melakukan pengujian pengendalian terhadap akuisisi dan tambahan terhadap persediaan perpetual. Staf yang melakukan pengujian menemukan, tingkat pengecualian untuk beberapa pengendalian kunci lebih tinggi secara signifikan. Sebagai hasilnya, staf mempertimbangkan pengendalian internal tidak bisa berjalan dengan efektif, mendukung 80% resiko pengendalian daripada tingkat yang digunakan 50%. Berdasarkan hal itu, staf person “ mengerjakan ulang” model resiko audit seperti berikut ini TDR=0,5/1x0,8x0,6 TDR=0,1 Pengujian terperinci 10% saldo, masih nampak dalam rentang “moderate” bagi personal staf, jadi Ia merekomendasikan tidak ada peningkatan dalam ukuran sampel yang direncanakan untuk pengujian substantif. Diminta: Apakah Anda setuju dengan penilaian yang direvisi dari staf tersebut tentang dampak pengujian pengendalian pada pengujian substantif yang direncanakan ? Jelaskan kondisi dan dasar dari setiap ketidaksetujuan. Juga jelaskan implikasi dari hasil ini pada laporan auditor tentang pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan.


Kasus PT. Tri Plastik Indonesia

Bagian I

a.    Pendekatan pengurangan resiko pengendalian terdiri dari : 
1.   Menilai resiko audit yang dapat diterima 
2.   Menilai resiko bawaan 
3.   Mendapatkan pemahaman atas pengendalian 
4.   Menilai resiko pengendalian kurang dari 100% 

Pendekatan substantif terdiri dari : 1.   Melakukan prosedur analitis 2.   Menilai resiko deteksi yang direncanakan b.    Beberapa Kelebihan – kelebihan dari pendekatan pengurangan resiko pengendalian yang direncanakan akan digunakan oleh Roni dibandingkan dengan pendekatan yang sebelumnya digunakan dalam mengaudit Tri Plastik Indonesia yaitu: 1.    Sesuai dengan ketentuan terkini di Pasal 404 Sarbanes Oxley Act dan standar 2 PCAOB terkait sekarang ini mengharuskan audit atas laporan keuangan dan pengendalian internal atas laporan keuangan. 2.    Roni Hartanto menggunakan pendekatan pengurangan resiko dengan pendekatan substantif dan waktu yang dibutuhkan dalam pengurangan resiko pengendalian menggunakan pendekatan substantif lebih singkat dibanding pendekatan resiko pengendalian. 3.    Dalam merencanakan pengujian persediaan, Roni menggunakan model resiko audit yang tercakup dalam standar audit untuk menentukan jumlah unsur persediaan yang akan diuji oleh BRS&B diakhir tahun dan berencana untuk menggunakan prosedur analitis untuk menguji persediaan. c.    Terdapat Kelebihan Pendekatan Substantif daripada pendekatan pengurangan resiko pengendalian adalah: Dalam Pendekatan substantif dari kasus dalam pembahasan ini mengandung prosedur analitis yang merupakan perbandingan dari jumlah yang tercatat dengan dengan angka tertentu yang dikembangkan oleh auditor. Prosedur ini biasanya menggunakan kalkulasi rasio yang dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya atau rasio perusahaan sejenis atau rasio average industry. Tujuan utama dari prosedur analitis dalam tahap perencanaan ini adalah : 1.         Menunjukkan kemungkinan adanya salah saji dalam laporan keuangan. 2.         Mengurangi  pengujian audit yang lebih rinci sehingga waktu yang dibutuhkan dalam pengurangan resiko pengendalian menggunakan pendekatan substantif lebih singkat dibanding pendekatan resiko pengendalian.

Bagian II

a.    Arti 0,17 dalam audit kasus ini : Hasil dari penilaian auditor dalam menilai Resiko Audit yang dapat diterima (Accepted Audit Risk/AAR) adalah profitabilitas bahwa auditor bersedia untuk menerima bahwa mereka akan memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian. AAR diatur oleh auditor, Resiko inheren (inherent Risk/IR) adalah profitabilitas bahwa saldo akun atau golongan transaksi yang mengandung salah saji material sebelum mempertimbangkan efektivitas sistem pengendalian internal. IR dinilai oleh auditor. Control Risk (CR) adalah profitabilitas bahwa salah saji material tidak dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh sistem pengendalian internal. CR dinilai oleh auditor. Resiko Deteksi/DR) adalah tingkat risiko yang dapat ditoleransi prosedur. CR dinilai oleh auditor. Resiko deteksi (Detection risk/DR) adalah tingkat risiko yang dapat ditoleransi prosedur audit tidak akan mendeteksi. 

b.    Jika diasumsikan resiko pengendalian 100% maka: TDR =0,05/1,0x1x0,6 TDR atau Resiko Audit yang dapat diterima adalah = 0,083 c. Penjelasan efek dari jawaban b yaitu dapat disimpulkan bahwa semakin besar seorang auditor menilai tingkat resiko pengendalian maka Resiko audit yang akan didapatkannya menjadi lebih kecil sedangkan bila semakin kecil auditor menilai tingkat resiko pengendalian maka resiko audit yang didapatkannya jauh lebih besar. Dengan membandingkan (0,17 > 0,0833)

Bagian III

Saya tidak setuju dengan yang dilakukan oleh staf tersebut. Hal ini menyalahi penilaian tingkat resiko pengendalian yang telah dan akan dilakukan oleh auditor telah dilakukan dan pikirkan dengan baik. Implikasi dari hasil ini pada laporan auditor tentang pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan yang telah terjadi karena perbedaan metode dalam mengukur resiko pengendalian. Keputusan auditor adalah yang terbaik dan merupakan pemegang keputusan tertinggi dan tentunya keputusan itu tak dapat diganggu gugat.


sumber http://atchokers.blogspot.co.id